19 Apr 2025, Sat

Kronologi Ayaka Yoshida: Politisi Jepang Terancam Ribu Kematian Gara-gara Mau Gratiskan PembalutGratis


politics.apabisa.com | apabisa.com

– Sebuah berita tengah mengguncangkan negara Jepang terutama bagi para perempuan yang tinggal di Negeri Sakura. Adalah Ayaka Yoshida, seorang politisi wanita yang mendapatkan ribuan ancaman pembunuhan berkat usulannya di media sosial.

Dikutip dari India Times, Yoshida adalah seorang wanita berumur 27 tahun yang merupakan anggota dari Parlemen Prefektur Mie dan juga anggota Partai Komunis Jepang.

Dilansir dari Sky News, hal ini bermula pada Yoshida yang membagikan pengalamannya di media sosial X pada 25 Maret 2025. Yoshida menulis bahwa ia sedang datang bulan ketika berada di Tsu City Hall atau kantor pemerintahan di Kota Tsu, Prefektur Mie, Jepang.

Dia lalu menulis jika tak terdapat penyediaan pembalut bagi wanita di tempat tersebut. Kemudian, dia ketikkan permintaannya agar pembalut tersedia di mana-mana layaknya kertas toilet.

Di luar pos tersebut, dia juga mengunggah secara terpisah pada hari yang sama tentang masalah pembalut. Yoshida menulis bahwa saat pertanyaan diajukan kepada dewan kota agar menyediakan pembalut di balai kota, pihak pemerintah kota menerima hal ini dengan kurang antusias.

Posingan ini secara tiba-tiba menimbulkan berbagai respon dari masyarakat. Menurut laporan India Times, dia mendapatkan pesan yang menyatakan bahwa sebaiknya ia mengantongi pembalut pribadi pada usia tersebut.

Pada tanggal 28 Maret 2025, respons terhadap kiriman Yoshida semakin meluas. Lebih dari 8000 pesan elektronik dikirim ke Yoshida dan mengandung ancaman pembunuhan.

Email itu dikirimkan sebanyak satu email per menitnya secara berturut-turut dari hari pertama Yoshida memposting keresahannya. Email baru berakhir pada tanggal 28 Maret 2025, empat hari setelahnya.

Email ini dikirim oleh pengirim yang sama dan memiliki konten serupa antara satu sama lain. Di dalam email tersebut, penulis menyatakan niat untuk menghancurkan Yoshida, orang yang tak pernah membawa pembalut ke mana pun dia pergi meskipun sudah sepantasnya dilakukan pada usia itu.

Pada 31 Maret 2025, Yoshida menulsikan di postingan media sosial soal ancaman pembunuhan. Selain itu, ia juga menambahkan kalimat bahwa ia takut akan ancaman pembunuhan. Di hari yang sama, Yoshida kemudian menggelar konferensi pers.

Diutarakakan oleh Kyodo News, Yoshida menyebutkan bahwa dugaan ancaman pembunuhan tersebut berdampak, mencekam, serta meredam kegiatannya sebagai wakil rakyat. Setelah itu, ia pun melaporkan hal ini secara formal kepada pihak berwajib lokal agar melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap insiden tersebut.

Banyak negeri telah menyediakan akses bebas pembalut di lokasi publik yang bervariasi. Contohnya adalah Skotlandia, Selandia Baru, Australia, serta masih ada banyak lainnya. Ini menunjukkan bahwa impian seorang perempuan mendapatkan kenyamanan dalam mengakses pembalut di tanah air mereka bukanlah suatu hal mustahil untuk dicapai.

Yoshida sendiri mungkin tidak menyangka bahwa usulan sederhana yang dicuitkan di media sosial, akan berdampak begitu besar hingga mengarah ke ancaman pembunuhan.

Profesor sosiologi dari Universitas Hiroshima mengungkapkan bahwa kondisi tersebut kian menjamur di Jepang. Yang dimaksud adalah pesan-pesan merendahkan yang dialami oleh wanita-wanita yang berani bersuara.

Beberapa masalah yang dibahas oleh politisi perempuan tersebut secara umum menjadi sasaran serangan oleh pihak-pihak tanpa tanggung jawab. Isu-isu yang ditampilkan meliputi hak-hak pekerja wanita, kesejahteraan kewanitaan, kekerasan berbasis gender termasuk perkara-perkara KDRT.

Sampai saat ini, polisi masih menginvestigasi kasus Ayaka Yoshida. Semoga hal ini tidak menyurutkan sikap dan juga semangat para politisi wanita di luar sana yang menyuarakan suara dan hak perempuan di pemerintahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *